Pengukuhan Guru Besar IAIN Purwokerto: Prof. Dr. H. Sunhaji, M.Ag. Resmi menjadi Guru Besar bidang Ilmu Pengelolaan dan Pengajaran

Rektor IAIN Purwokerto Dr. H. A Luthfi Hamidi M.Ag secara resmi mengukuhkan Prof. Dr. H Sunhaji M.Ag sebagai guru besar dalam bidang ilmu pengelolaan pengajaran pada FTIK IAIN Purwokerto. Hal itu didasarkan pada SK Menteri RISTEK DIKTI dengan nomor 14421/A2.3/KP/2018. Pengukuhan itu dilaksanakan pada Sabtu, (12/5). Bertempat di Auditorium utama setempat agenda dihadiri oleh Rektor perguruan tinggi se-Purwokerto dan beberapa Rektor atau perwakilan PTKIN terundang.

Dalam sambutannya Luthfi menyampaikan dikukuhkannya guru besar di lembaga yang dirinya pimpin perlu disyukuri sebagai satu capaian besar. Dengan capaian itu kedepan akan menjadi nilai tambah bagi penyelenggaraan pendidikan di IAIN Purwokerto. Luthfi percaya Sunhaji akan mampu mengamalkan ilmu yang telah dimiliki dengan sebaik-baiknya serta penuh rasa tanggung jawab.

Dalam kesempatan itu Luthfi juga sempat membedah distinction atau perbedaan antara PTKIN dan PTU. Menurutnya perbedaan terletak jika pada PTU kajian teori keilmuan di dasarkan pada Eksperimen dan Eksperience, namun di PTKIN selain dua hal itu secara ontologis sumber ilmu merujuk pada Scapture atau kitab suci dalam hal ini Al-Qur’an. Dengan pengukuhan itu Luthfi berharap FTIK kedepan dapat meramu teori-teori pendidikan yang lebih sempurna hasil racikan dari Experiment, Experience dan Sculpture.

Sementara dalam orasi ilmiahnya, Sunhaji memaparkan teori tentang pengembangan berfikir kritis berbasis konstruktivistik. Menurutnya salah satu jenis keterampilan berfikir adalah berfikir kritis. Berfikir kritis selalu dimulai dengan masalah kemudian diakhiri dengan jawaban. Salah satu pendeketan pembelajaran yang dapat mengembangankan berfikir kritis adalah konstruktivistik. Pendekatan itu memberikan kesempatan luas kepada peserta didik untuk menemukan, menggali bahkan menarik argumentasi dalam pembelajaran melalui sharing, melalui diskusi dalam kelompok.

Pembentukan pengetahuan menurut konstruktivistik memandang subjek aktif menciptakan struktur-struktur kognitif dalam interaksi dengan lingkungan. Dengan bantuan struktur kognitif, subjek menyusun pengertian realitasnya. Interaksi kognitif akan terjadi sejauh realitas tersebut disusun melalui struktur kognitif yang diciptakan oleh subjek itu sendiri. Struktur kognitif harus senantiasa diubah dan disesuaikan berdasarkan tuntutan lingkungan dan organisme yang sedang berubah. Belajar lebih Mengutamakan pembelajaran yang bersifat nyata, mengutamakan proses, menanamkan pembelajaran dalam konteks pengalaman sosial lebih jauh pembelajaran dilakukan dalam upaya mengkonstruksi pengalaman.

Menurutnya selama ini kritik tajam sering dialamatkan pada proses pembelajaran pendidikan agama Islam disekolah, karena dianggap kurang efektif dalam membentuk kepribadian dan sikap keberagamaan. Ketidak efektifan itu terjadi selain pada metodologi juga pada tujuan, pada konteks dan sumber belajar sehingga hanya mampu menyentuh ranah pengetahuan dan tidak sampai pada pembentukan sikap.

Kedepan Sunhaji berharap perlu kiranya pendidik mampu untuk mengarahkan peserta didik agar dapat berfikir kritis. Metode-metode klasik perlu dirubah, performa pembelajaran perlu dibangun lebih baik agar ditemukan kejelasan orientasi. Karena tujuan pembelajaran agama tidak hanya untuk bekal dunia tapi langsung diaplikasikan dalam masyarakat. Kaitannya dengan aqidah, muamalah dan ibadah. (van)