STIMULASI BERSEKOLAH BAGI ANAK USIA DINI

Memiliki seorang anak menjadi dambaan bagi setiap orang yang sudah berumahtangga. Ketika hal itu terwujud maka mereka telah menjadi orangtua. Sebagai orangtua, mereka tidak hanya harus memenuhi kebutuhan fisik anak saja, tetapi juga harus memenuhi kebutuhan psikis anak. Salah satu kebutuhan psikis anak adalah pendidikan. Orangtua pun menjadi pendidik yang pertama dan utama bagi anak. Disebabkan karena faktor kesibukan, keterbatasan waktu, keterbatasan kemampuan, keterbatasan biaya dan lainnya orangtua pun menyerahkan anaknya ke pihak sekolah. Hal ini telah dilakukan oleh para orangtua pada umumnya semenjak anak-anak mereka berada di usia dini atau di usia prasekolah.

Namun bagi sebagian orangtua, menyerahkan anaknya ke pihak sekolah untuk dididik bukanlah sesuatu yang mudah, terlebih lagi ketika anak berada pada usia dini, yaitu usia 0 hingga 6 tahun.Kasus-kasus tentang penolakan dari anak usia dini untuk disekolahkan oleh orangtuanya mudah sekali ditemui.  Diakui ataupun tidak kasus tersebut tak jarang menjadikan orangtua tua merasa frustasi dan membiarkan anaknya untuk tidak bersekolah. Tentu ini bukanlah sesuatu yang baik, ketika stimulasi pendidikan yang diterima oleh anak di usia dini kurang optimal maka imbasnya pada keberlangsungan tumbuh-kembang anak yang juga kurang optimal. Itulah sebab perlu dicari solusi tentang bagaimana cara menstimulasi anak usia dini agar mereka mau dan mampu untuk bersekolah.

Ada empat langkah yang dapat dilakukan oleh orangtua untuk menstimulasi anak usia dini agar mereka mau dan mampu bersekolah. Pertama, sering-seringlah ajak anak untuk bermain bersama dengan anak lainnya yang sudah bersekolah. Hal ini dapat memunculkan keinginan pada diri anak untuk bersekolah seperti apa yang telah dilakukan oleh teman-temannya. Kedua, sering-seringlah ajak anak untuk mengunjungi lembaga-lembaga PAUD di lingkungan sekitar anak. Keberadaan alat-alat permainan edukatif (APE) dan aneka kegiatan bermain yang menarik di lembaga PAUD tersebut dapat memunculkan minat pada anak untuk ikut bermain di lembaga PAUD itu. Dalam hal ini orangtua harus sadar bahwa anak usia dini memiliki cara belajar yang berbeda dengan anak usia SD. Anak usia dini belajar dengan cara bermain. Anak akan belajar banyak hal ketika ia melakukan kegiatan-kegiatan bermain. Dunia anak pun dunia bermain dan anak sudah barang tentu akan mau dan mampu untuk bersekolah di lembaga PAUD yang memiliki kegiatan bermain yang disukai atau digemarinya.

Ketiga, beri kewenangan bagi anak untuk memilih lembaga PAUD mana yang akan dijadikannya tempat bersekolah. Diakui ataupun tidak, masalah hubungan yang kurang harmonis antara orangtua dan anak terjadi karena orangtua seringkali memaksakan keinginan mereka kepada anak. Pemberian kewenangan bagi anak untuk memilih lembaga PAUD dapat memunculkan motivasi instrinsik bagi anak untuk bersekolah serta dapat menjadikan anak memiliki keberanian dan kemampuan untuk mengambil suatu keputusan. Keempat, beri perhatian (attention) dan penguatan (reinforcement) terhadap perilaku yang ditampilkan oleh anak setelah ia mau bersekolah. Pemberian perhatian dan penguatan tersebut dapat menjadikan anak selalu merasa disayang oleh orangtua dan didukung pula oleh orangtuanya untuk beraktivitas di lembaga PAUD-nya.(Novan A, Dosen Pascasarjana IAIN Purwokerto)