EKO-SUFISME # 22: MARKETING SETAN

Tentu kita masih ingat dendam iblis kepada anak Adam. Bermula dari pembangkangan iblis terhadap perintah sujud (menghormat) pada Adam. Karena dendam inilah kemudian iblis meminta ijin kepada Allah untuk melakukan balas dendam susulan, yaitu penyesatan.

Allah menyintai seluruh makhluknya, tak terkecuali iblis. Bukti cintaNya, terekam dalam QS. al-Isra’ 63-65. Allah memberi resep pada iblis yang isinya adalah cara mendapatkan nasabah atau downline untuk disesatkan. Ada empat langkah penting yang direkomendasikan Allah pada iblis yaitu:

  1. Takut-takuti mereka melalui bisikanmu (istafziz man istatha’ta bi shautika),
  2. Sergap mereka dengan kekuatan/pasukanmu baik pasukan kavaleri maupun infanteri (ajlib alaihim bi khailikawa rajilika),
  3. Berserikatlah/bersekutulah dengan mereka. Dalam hal ini Allah juga memberitahukan kelemahan manusia yakni dalam hal harta benda dan anak-anak (wa syarikhum fi al-amwali wa al-aulad),
  4. Buatjanji mereka (wa ’idhum).

Walau demikian, Allah juga memberi tahu pada manusia sebagai sasaran penyesatan iblis agar ia selamat dari marketer iblis. Resep penawar penyesatan itu diberitahukan pada manusia, Allah mengatakan bahwa:

  1. Jangan percaya pada janji iblis karena janji-janjinya hanyalah tipuan dan “gombal” belaka (wa ma ya’iduhumus syaithan illa ghurura),
  2. Jadilah orang yang mendedikasikan sesuatu hanya karena Allah (mukhlashin),
  3. selalu bersyukur.

Persoalan mendasar yang perlu diperhatikan dari informasi Allah yang sangat penting ini adalah seringkali kita tidak merasa dibidik oleh iblis. Padahal iblis telah berjanji kepada Allah dan diijinkannya untuk menyesatkan seluruh manusia (la akhtanikanna ajma’in) kecuali orang-orang yang kuat lagi hebat yang telah disebut di atas, yakni, 1) orang yang ikhlas, 2) orang yang bersyukur.

Kegiatan iblis sebagaimana di atas adalah lebih cenderung kegiatan spiritual yang itu harus dikenali manusia. Dalam melakukan bisnis dan pemasarannya, dia akan selalu, 1) menghalangi orang berbuat baik (ibadah). Misalnya, kita menjadi malas melakukan sesuatu yang baik, atau mencari alasan rasional untuk tidak melakukan kebaikan itu. Kegiatan baik tersebut menjadi gagal kita lakukan karena malas melakukannya atau dalih argumentasi logis yang ditawarkan iblis. 2) membelokkan kemurnian niat baik yang seharusnya dilakukan hanya karena Allah kemudian bercampur dengan riya’. Kualitas perbuatan riya’ ini menjadi dalam konteks Allah adalah pepesan kosong tanpa isi. Target inti dari marketing setan adalah menjadikan manusia menjadi downline (pengikut) iblis yang akan menjadi kawannya di neraka kelak. Naudzu billah min dzalik.

Allah ‘A’lam bi al-Shawab.

SERI EKO-SUFISME #22: MARKETING SETAN